10 Fakta Menarik Tentang Perilaku Manusia
10 Fakta Menarik Tentang Perilaku Manusia
Pernahkah kamu bertanya-tanya mengapa kita memiliki pikiran atau perilaku tertentu? Perlu diketahui bahwa cara bekerjanya pikiran kita sangat dipengaruhi oleh tindakan dan kepribadian kita.
Perilaku manusia, fungsi otak dan proses mental adalah 3 aspek dasar dari manusia yang telah dipelajari secara ekstensif oleh para ilmuwan dan ahli psikologi. Dengan mendalami ilmu tentang pikiran dan perilaku manusia kita bisa memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang diri kita sendiri maupun orang lain.
Berikut ini beberapa fakta menarik tentang perilaku manusia yang akan membantumu untuk lebih memahami mengapa kita berpikir dan berperilaku tertentu.
1. Peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa dewasa awal akan selalu membekas di ingatan kita
Pernahkah kamu memperhatikan kalau para orang tua sangat sering membicarakan tentang masa muda mereka? Atau pernahkah kamu bertanya-tanya mengapa begitu banyak individu yang menyukai cerita tentang kisah perjalanan hidup seseorang?
Dalam ilmu psikologi, fenomena ini disebut dengan istilah reminisan spam. Seperti yang kamu ketahui, kita memiliki preferensi untuk mengingat kembali pengalaman-pengalaman kita dari masa remaja hingga masa dewasa awal. Karena pada periode tersebut terdapat banyak pengambilan keputusan dan perubahan yang terjadi dalam hidup kita.
Peristiwa-peristiwa seperti kelulusan, pernikahan dan kelahiran anak adalah pengalaman baru yang membekas di ingatan kita. Penelitian menunjukkan bahwa kita lebih mudah mengingat hal-hal tersebut karena mereka membentuk identitas diri kita dan berkontribusi secara signifikan terhadap tujuan hidup kita.
2. Melihat masalahmu dari sudut pandang orang ketiga memungkinkanmu untuk menemukan solusi yang efektif
Pernahkah kamu merasa kalau kamu entah mengapa lebih mampu untuk menemukan solusi dan memberikan saran atas permasalahan yang dihadapi orang lain daripada masalahmu sendiri? Jika iya, maka kamu mengalami sebuah fenomena yang disebut dengan paradox solomon.
Orang-orang tidak peduli berapa usia mereka, lebih mungkin untuk berpikir lebih rasional ketika mereka memikirkan masalah orang lain ketimbang mencari jalan keluar atas masalah mereka sendiri. Lain kali, jika kamu menemukan dirimu berada dalam situasi ini ambillah langkah mundur dan lihatlah masalahmu dari sudut pandang yang berbeda.
3. Mereka yang paling tidak kompeten adalah mereka yang paling tidak menyadari ketidakkompetennya sendiri
Kamu mungkin pernah menyaksikan hal ini terjadi di depan matamu. Misalnya ketika kamu dan sekelompok temanmu sedang membicarakan sesuatu, salah satu dari mereka mungkin mengklaim bahwa apa yang dikatakannya selalu benar dan apa yang dikatakan kamu atau kawan-kawanmu yang lain selalu salah. Tetapi sayangnya ketidakkompetenan temanmu itu tampak begitu jelas di matamu dan kawan-kawanmu yang lain, meskipun demikian mereka terus saja mengoceh tanpa henti dengan tidak menyadari ketidakkompetenan mereka sendiri.
Perlu diketahui kalau fenomena ini disebut sebagai efek Dunning–Kruger yaitu sebuah bias kognitif dimana seseorang berpikir kalau mereka lebih pintar dan lebih mampu daripada kenyataannya. Kesadaran diri yang rendah dan kemampuan kognitif yang buruk membuat mereka selalu melebih-lebihkan kemampuan mereka.
4. Orang yang agresif cenderung memiliki anjing yang lebih galak
Studi menunjukkan bahwa jenis anjing yang galak lebih umum dipelihara oleh individu-individu yang memiliki sifat yang kasar, agresif dan mudah marah. Hal ini terjadi karena manusia cenderung memilih teman, pasangan hidup dan bahkan hewan peliharaan dengan tipe kepribadian yang mirip atau sama dengan diri mereka.
Tetapi perlu diingat bahwa ada faktor lain yang juga dapat mempengaruhi pilihan jenis anjing seseorang, misalnya individu-individu yang tidak memiliki ikatan sosial atau yang bertempat tinggal di lingkungan dengan tingkat kejahatan yang tinggi lebih cenderung mengalami stres kronis yang membuat mereka lebih agresif, dengan demikian mereka akan lebih mungkin untuk memilih ras anjing penjaga seperti rottweiler atau Pitbull.
5. Orang yang suka melamun lebih kreatif
Di mata orang lain duduk termenung dan membiarkan pikiran mengembara kemana-mana adalah suatu hal yang negatif, namun pada kenyataannya hal itu belum tentu benar.
Menurut penelitian, individu-individu yang sering melamun memiliki tingkat kecerdasan dan kreativitas yang lebih tinggi dibandingkan sesamanya. Selain itu, mereka juga cenderung mendapat nilai tes IQ yang lebih tinggi dan mempunyai otak yang lebih cepat dalam berpikir.
6. Mengalami penolakan benar-benar menyakiti hatimu
Pernahkah kamu merasa kalau perutmu atau wajahmu terasa seperti ditinju dengan kuat setelah kamu ditolak seseorang? Itu merupakan cara pikiran kita merespon penolakan.
Ternyata, bagian otak kita yang berfungsi untuk mengatur sensasi rasa sakit tidak hanya aktif di saat kita merasakan luka fisik tetapi itu juga aktif ketika kita mengalami penolakan. Itulah alasan mengapa penolakan kecil sekalipun terasa sangat menyakitkan karena mereka menimbulkan luka emosional yang menyayat hati.
7. Berbicara dalam bahasa asing dapat mengubah keputusanmu
Kamu mungkin berpikir bahwa orang-orang akan tetap membuat keputusan yang sama tidak peduli bahasa apa yang mereka gunakan, atau menganggap jika kesulitan yang dialami ketika menggunakan bahasa asing akan menyebabkan seseorang mengambil keputusan yang tidak rasional.
Namun asumsi itu tidaklah benar dan justru sebaliknya menggunakan bahasa asing terbukti dapat mengurangi bias dalam pengambilan keputusan. Hal ini bisa terjadi karena ketika kita berbicara menggunakan bahasa yang bukan merupakan bahasa ibu kita, kita membutuhkan lebih banyak usaha kognitif dan itu membuat kita lebih berfokus pada situasi yang sedang kita hadapi.
Selain itu, studi juga menunjukkan bahwa penggunaan bahasa asing dapat mengaktifkan cortex preferontal yaitu bagian otak yang bertanggung jawab untuk berpikir rasional. Karena alasan itulah individu yang berbicara menggunakan bahasa asing cenderung membuat keputusan yang lebih logis dan rasional.
8. Kita menyalahkan perilaku seseorang pada kepribadiannya tetapi tidak dengan diri kita sendiri
Pernahkah kamu merasa marah karena seseorang memotong jalur kendaraanmu di saat kamu sedang mengemudi, tetapi beberapa menit kemudian kamu juga melakukan hal yang sama kepada orang yang ada di depanmu.
Sementara individu yang memotong jalurmu membuatmu kesal dan jengkel, kamu membenarkan perilakumu kepada dirimu sendiri. Kamu memaklumi perbuatanmu karena kamu sedang terburu-buru dan hanya melakukannya sesekali saja.
Sebagai manusia, kita cenderung percaya bahwa orang lain melakukan hal buruk karena mereka adalah orang yang jahat. Fenomena ini disebut sebagai kesalahan atribusi mendasar di mana kita menilai perilaku orang lain berdasarkan kepribadian yang mereka miliki bukan berdasarkan situasi yang mereka hadapi.
9. Dopamin membuatmu kecanduan untuk mencari informasi
Pernahkah kamu mendapati dirimu menghabiskan waktu berjam-jam untuk terus menerus berselancar di media sosial? Jika iya maka ketahuilah kalau itu bisa terjadi karena otakmu yang pada dasarnya terprogram untuk melakukan sesuatu yang dapat melepaskan dopamin.
Dopamin adalah zat kimia di dalam otak yang dapat meningkatkan kadarnya ketika seseorang melakukan aktivitas yang menyenangkan, misalnya seperti mengonsumsi makanan enak, melakukan aktivitas seksual dan sebagainya.
Selain itu, hormon ini juga dapat membuatmu menjadi penasaran dan menggerakkanmu untuk mencari informasi. Di saat otakmu memproses informasi yang menarik atau bermanfaat dari sosial media, maka itu akan melepaskan dopamin yang menciptakan perasaan nikmat, dan hal ini membuatmu menjadi candu untuk mencari lebih banyak informasi lagi.
Namun yang menjadi masalah adalah kamu tidak akan pernah puas dengan jumlah informasi yang ada dan akibatnya kamu mungkin akan terus menerus berselancar di sosial media sampai terjadi sesuatu yang mampu mengalihkan perhatianmu.
10. Sering menolong orang lain dapat membuatmu hidup lebih lama
Menghabiskan waktu, uang atau energimu untuk membantu sesamamu sangat bermanfaat untuk dunia dan juga dirimu sendiri. Memberi telah terbukti dapat meningkatkan kebahagiaan, kesehatan dan kesejahteraan seseorang.
Menjadi sukarelawan secara rutin dapat membantu mengelola stress, menangkal penyakit dan membuat hidupmu lebih bermakna. Mungkin hal itu terjadi karena fakta bahwa menjadi sukarelawan menghilangkan rasa kesepian dan meningkatkan kehidupan sosial kita.
Selain itu, ahli psikolog telah menemukan bahwa mereka yang sering menjadi sukarelawan dan menolong sesamanya cenderung hidup lebih lama dibandingkan dengan mereka yang tidak pernah melakukan hal tersebut.