Mitos dan Fakta Tentang Trauma
Mitos dan Fakta Tentang Trauma
Trauma tidak jauh dari kehidupan kita. Berdasarkan data dari Global Collaboration on Traumatic Stress, 70% orang di dunia pernah alami pengalaman traumatis. Sayangnya masih seringkali terjadi kesalahpahaman tentang trauma.
Kata trauma sering kali disalahartikan. Ada beberapa yang jadi malah melebih-lebihkan trauma “duh jangan gitu dong, bikin trauma deh” atau mungkin menyepelekan trauma “ah dikit-dikit trauma deh”. Hal ini membuat ada banyak mitos dan fakta yang beredar terkait trauma, apa saja?
Fakta dan Mitos Trauma
1. Trauma Menghancurkan Kehidupan Selamanya
Ada pendapat yang menyatakan jika trauma akan menghancurkan kehidupan selamanya. Orang yang alami trauma mustahil bisa bahagia lagi.
Benarkah? Faktanya, seseorang bisa pulih dan bahagia lagi setelah mengalami trauma. Treatment dari profesional dan strategi self-help yang tepat dapat membantu seseorang memproses pengalaman dan melakukan cara coping dengan baik serta bisa move on dari pengalaman traumatis.
2. Trauma Hanya Disebabkan Oleh Pengalaman yang Mengancam Nyawa
Mitos jika trauma hanya disebabkan oleh pengalaman yang mengancam nyawa, misalnya kecelakaan, bencana alam dan kekerasan. Trauma bukan fokus pada bentuk pengalaman, tetapi bagaimana efek psikologis dan emosional mempengaruhi seseorang.
Trauma bersifat subjektif. Misalnya, A dan B sama-sama bercerai, namun yang mengalami trauma hanya A. Karena percerauab sangat mengubah kestabilan hidup A, sedangkan B tidak.
3. Hanya Orang Lemah yang Mengalami Trauma
Banyak orang yang menyakini jika hanya orang lemah yang bisa mengalami trauma dan orang kuat lebih kebal.
Kenyataannya, semua orang berisiko alami trauma. Jenis kepribadian memang punya pengaruh, tetapi bukan satu-satunya faktor penentu.
Trauma bisa dipengaruhi oleh riwayat gangguan mental, tingkat keparahan trauma, dukungan sosial yang didapat.
Apa yang harus dilakukan jika mengalami trauma?
Trauma sulit dihadapi seorang diri, oleh karena itu meminta bantuan adalah langkah pertama yang bisa dilakukan.
Sudah terbukti bahwa orang yang enggan terbuka dan minta bantuan lebih berisiko sulit pulih dari trauma.
Jika kamu mengalami trauma, segera cari bantuan profesional. Kamu bisa mencoba meminta bantuan dari Psikiater dr. Jiemi Ardian, Sp.K2 5 @jiemiardian dan Psikolog Audrey Susanto, M.PSi., MSc.. Psikolog @audreytsusanto.